Mengapa Hubungan "Sesama" Bisa Diterima di Thailand?

Sudah menjadi rahasia umum bahwa Thailand adalah salah satu negara yang melegalkan pernikahan sesama jenis, banyak juga warganya yang melakukan transgender dan disana sudah menjadi hal yang biasa. Bahkan kalau kita ditanya apa yang paling mencirikan negara Thailand, adalah “banci Thailand” atau biasa disebut ladyboy. Dengan keterbiasaan tersebut, jangan heran bila menemukan toilet khusus transgender di tempat-tempat umum seperti; sekolah, restoran, mall dll. Dan tak perlu tercengang bila melihat artis, model, pelayan atau pramugari yang cantiknya bak bidadari tapi ternyata mereka termasuk kedalam 'gender ketiga'. Bahkan mereka berhak memilki prospek karir yang cemerlang juga. Itulah Thailand.

Namun hal itu membuat saya bertanya, sebenarnya alasan apa yang mendasari Thailand bisa menerima kehadiran ‘gender ketiga’ tesebut? Padahal Thailand termasuk negara Timur yang ‘katanya’ menjunjung tinggi moralitas dan kebudayaan santun? Lihat saja negara kita, misal tentang kaum gay. Sangat tabu untuk hal seperti itu, apalagi mau menerimanya? Itu jelas sangat kontradiktif.

Jadi alasan utama negara Thailand dapat menerima adanya kaum homoseksual adalah karena pengaruh agama. Ya, agama. Mayoritas penduduk Thailand beragama Buddha.

Buddha tidak mendukung seseorang menjadi gay atau lesbian. Buddha juga tidak pernah mengutuk homoseksual atau siapapun (dapat dibuktikan, bahwa tidak ada segala jenis pengutukan dalam kitab suci Tripitaka). Karena Buddha berlandaskan pada kasih sayang dan kebijaksanaan. Buddha juga menerima siapa saja dalam kondisi alami mereka untuk menggapai kebahagiaan, karena semua orang berhak untuk memperoleh kebahagiaan.

Ajaran agama Buddha hanya sesederhana ini; menghindari pembunuhan, pencurian, perjinahan, kata – kata bohong, dan juga menghindari mabuk-mabukan. They’re called ‘Pancasila Buddhis’. Tidak akan pernah ada kutukan, hukuman atau penolakan terhadap suatu kaum tertentu. Yang penting ‘pancasila buddhis’ terpenuhi dalam kehidupan sehari hari.

Intinya adalah ini semua karena pengaruh agama Buddha yang manusiawi dan penuh toleransi. Termasuk toleransi yang tinggi pada keputusan orang lain untuk melakukan transgender atau memilih orientasi seksual berbeda dari yang lain.

Bukan agama Buddha yang mendukung atau menghalalkan suatu penyimpangan seseorang atau kaum. Agama Buddha hanya menawarkan Jalan Pembebasan bagi siapa saja. Karena Ia berlandaskan pada kasih sayang dan kebijaksanaan, juga manusiawi dan menjunjung tinggi toleransi.

Kalau dari saya pribadi, ini merupakan mindset yang terpuji yang dapat menciptakan banyak perdamaian. Namun, mungkin butuh proses untuk bisa langsung menerimanya secara utuh. Ada banyak orang yang memiliki pandangan yang jauh berbeda dari kita atau Buddha yang mungkin jauh lebih bijak untuk diterapkan. Tapi sikap toleransi yang tinggi patutlah kita contoh dari ajaran Buddha.

ANI LESTARI

No comments:

Post a Comment

Thanks for comments, I will reply soon!