Ada seorang teman yang bercerita. Dia sering berkhayal seperti apa masa depannya. Lulus dari sekolah impian, mengembangkan potensi, dan mewujudkan impian. Lalu memiliki hubungan cinta yang sempurna. Hidupnya akan bersinar seperti berlian. Tidak ada yang pernah memberitahunya, ternyata ketika dia dewasa, kemungkinan dia akan punya pekerjaan yang tidak begitu baik, hubungan yang tidak berjalan mulus, dan hidup yang tidak begitu bahagia.

Namun apakah menjadi dewasa semenyedihkan itu? Sesulit itukah?
Bukankah masa depan itu bukan untuk diprediksi? Tapi untuk kita buat dan susun sebaik mungkin dari apa yang kita lakukan hari ini?

Biar aku beritahu, jika kalian sering berkhayal... seperti apa masa depan kalian. Sekarang, aku bisa memberikan jawabannya. Aku memberikan jawaban ini bukan karena hidupku sudah sempurna. Aku sangat percaya tidak ada yang sempurna di dunia ini. Justru karena tidak ada kesempurnaan itulah kita –lebih baik– tidak berlebihan dalam merencanakan masa depan. Karena kekecewaan itu jauh lebih pahit dari kepahitan itu sendiri.

Di masa depan... Kau tidak menjadi orang luar biasa, masih melakukan kesalahan, masih tersesat. Menyesal tidak makan eskrim lebih banyak, menyesal pura - pura jaim di hadapan orang yang kita suka, menjalin hubungan lebih banyak konflik, lebih banyak kandas. Menyesal tidak terlalu jahat dengan orang yang kau benci, tidak terlalu sayang dengan orang yang kau cinta. Tapi... Apa adanya dirimu adalah yang terbaik. Kau masih pemberani, masih sangat naif, masih... bisa menjerit untuk idolamu. Hahahaha.

Masa depanmu adalah apa adanya dirimu versi terbaik. Tidak ada yang berubah, tapi lebih baik.

Apa kau menyukai dirimu yang sekarang? Ketika kita tumbuh dewasa, untuk bertahan hidup, kita berubah dan cenderung berkompromi dan menjadi seseorang yang tidak kita kenal. Apa kalian pernah merindukan masa - masa ketika kalian masih naif dan berani bermimpi? Apa sisi itu masih ada dalam diri kalian? Apa kalian masih ingat orang-orang yang punya peran penting dalam hidup kalian?