Mengumbar Mimpi, Perlukah?

Saya pernah membaca buku motivasi tentang kesuksesan dari seorang motivator sukses di Indonesia. Salah satu point yang saya tangkap dari situ adalah apabila kita memiliki sebuah mimpi, ceritakanlah pada semakin banyak orang. Karena akan semakin banyak orang yang akan mendoakanmu, semakin banyak orang yang mungkin selaras dengan mimpimu dan akhirnya memudahkanmu untuk menggapai mimpi itu.

Kemudian saya pun menerapkannya. Mulai dari keinginan kecil. Tapi naas, bukannya keinginan saya terwujud, tapi entah kenapa justru rasa malas yang makin meninggi. Begitu seterusnya, sampai-sampai saya menjadi pesimis karena mimpi saya selalu kandas.

Lalu saya mencoba mengungkapnya.

Ternyata bukan saya saja yang mengalaminya. Peter Gollwitzer, seorang profesor psikologi dari New York University dalam bukunya “The Psycology of Action”, menyarankan untuk tidak menceritakan personal goal kepada orang lain. Karena menurutnya hal tersebut berhubungan dengan keutuhan identitas diri.

Kita semua pasti ingin menjadi orang yang ideal. Dan mengumumkan niat akan bekerja keras menjadi semacam aksi simbolis kita. Hal tersebut melengkapi dan melekat terlalu dalam di diri kita.

Contohnya begini; Seseorang mengatakan “Saya akan bekerja keras untuk menjadi penulis.” Lalu ia mengumbar mimpinya pada teman-temannya. Aksi tersebut membuatnya merasa telah melakukan sesuatu, padahal belum ada hal konkret yang ia kerjakan untuk menggapai keinginannya itu.

Karena ia mengumbar mimpinya pada orang lain, pasti orang akan bertanya “Bagaimana caranya?” Lalu si empunya mimpi tersebut menjawab “Saya akan menulis sebuah novel dengan cerita yang langka ditemui, dengan tema menarik dan bahasa yang ringan.”

Kemudian, saat action itu terjadi, baru sedikit ia menulis ia sudah merasa sudah melakukan sesuatu yang berarti untuk mimpinya. Padahal ia masih harus terus melanjutkan tulisannya, merevisi kembali, mengirim ke penerbit, bisa saja novel tersebut ditolak banyak penerbit? Ia harus terus merevisi atau malah mengubur mimpinya untuk menerbitkan novel tersebut.

Masih banyak segudang masalah dan hambatan yang harus dihadapi ketimbang mengumbar mimpi yang katanya mempermudah tercapainya mimpi.

Dengan berbicara, kita merasa sudah melakukan hal yang mendekatkan diri kita dengan mimpi kita, padahal justru kita belum berusaha.

ANI LESTARI

No comments:

Post a Comment

Thanks for comments, I will reply soon!