Baru saja, ada seorang sales datang ke
kantor saya. Dia adalah sales 'pembersih lantai'. Saya sih bisa menyebutnya
begitu. Seorang laki-laki. Awalnya saya takut. Bisa jadi ini hanya modus
kejahatan berupa hipnotis atau lainnya yang kian marak. Kebetulan kantor sepi,
menambah rasa takut saya.
Kemudian sales itu memberikan brosur
produknya. Dan ingin men-demokan keampuhan produk pembersih lantainya. Saya
sempat menolak. Karena saya pun was-was dengan kehadiran sales itu. Tapi dia
tetap kekeuh memaksa, akhirnya saya mengijinkan.
Dia mulai membuka ransel besar di
punggungnya. Mengeluarkan isinya, dan mulai membersihkan beberapa petak lantai
kantor saya. Saya memperhatikannya dengan seksama. Bukan lantainya. Buat saya
produk pembersih keramik itu sudah banyak di pasaran, kantor pun sudah
memilikinya. Tapi saya memperhatikan sales tersebut.
Dari atas, rambut yang sedikit lusuh
karena keringat, wajahnya juga berkeringat. Jaket bahan hitam yang ia pakai sudah
terlihat kumal dan berdebu. Mungkin terkena debu jalanan. Karena sepertinya ia
berjalan kaki. Begitupun dengan sepatunya. Tapi sales itu tetap bersemangat
melakukan demo nya. Menyemprotkan bahan kimia tersebut ke lantai,
membersihkannya dengan kuas, kemudian mengelap nya dengan kain serbet yang
sudah menghitam.
Sales itu masih berbicara seputar
keunggulan produknya sampai cara pemesanannya. Sampai akhinya ia selesai dan
keluar dari kantor. Saya masih memperhatikannya. Ternyata ia berlalu dan
melakukan kegiatan yang sama di ruko sebelah kantor saya.
Kemudian saya berpikir. "Bagaimana
ya kalau pekerjaan saya seperti itu?". "Apa saya sanggup
melakukannya?". "Pasti gajinya pun tidak seberapa, tapi
lelahnya???". Tapi mengapa sales itu mau melakukannya? Dia juga tetap
bersemangat?
Dan selama menulis ini, dalam hati, saya mengucap beribu puji syukur pada Tuhan atas pekerjaan yang saya jalani sekarang. Paling tidak mengembalikan semangat kerja yang dulu saya rasakan saat pertama kali mendapatkan pekerjaan ini.